Selasa, 10 Mei 2011

Tips Cara Mudah Untuk Menghafal Tabel Periodik Unsur


Dalam mempelajari Sistem Periodik Unsur, tentunya
kita dihadapkan pada Tabel Periodik Unsur yang terdiri
dari puluhan unsur. Seiring dengan berlangsungnya
proses pembelajaran kimia, kita tidak akan terlepas
dari unsur-unsur yang tercantum dalam Tabel Periodik
Unsur tersebut.
Berikut ini, sedikit tips dari saya untuk rekan-rekan netter kimia mania, untuk menghapal tabel
periodik unsur,yang sampai sekarang pun saya masih
menggunakannya untuk mengingat unsur-unsur
tersebut.
Check this out…!!
Golongan IA (ALKALI)
Unsur: H – Li – Na – K – Rb – Cs – Fr Tips: HaLiNa Kawin Robby Cs Frustasi
Golongan IIA (ALKALI TANAH)
Unsur: Be – Mg – Ca – Sr – Ba – Ra Tips: Bebek Mangan Cacing Seret Banget Rasane
Golongan IIIA (BORON)
Unsur: B – Al – Ga – In – Tl Tips: Bang Ali Gagal Injek Telor
Golongan IVA (KARBON)
Unsur: C – Si – Ge – Sn – Pb Tips: Cerita Singkat Gegerkan Sang Prabu
Golongan VA (NITROGEN)
Unsur: N – P – As – Sb – Bi Tips: Nembak Pacar Asal Sabar Bisa
Golongan VIA (OKSIGEN)
Unsur: O – S – Se – Te – Po Tips: Om Saya Sedang Telepon Polisi
Golongan VIIA (HALOGEN)
Unsur: F – Cl – Br – I – At Tips: Film Charles Bronson Idaman Ati
Golongan VIIIA (GAS MULIA)
Unsur: He – Ne – Ar – Kr – Xe – Rn Tips: Heboh Negara Argentina Karena Xenat Runtuh Untuk
Golongan Transisi, ditekankan pada hapalan
unsur yang sering muncul di soal-soal kimia, yaitu
unsur-unsur yang terletak pada Periode Keempat pada
tabel periodik, tapi hanya yang termasuk golongan
transisi. Unsur- unsur tersebut adalah: Unsur: Sc – Ti – V – Cr – Mn – Fe – Co – Ni – Cu – Zn Tips: Suci Titip Verra Cari Mangan, Feri Cocok Nikahin Cucunya Zaenudin

Selamat menghafal. . .^_____*

Asam Dipikolinat (piridin-2,6-dikarboksilat) Sebagai Ligan Pilihan Pada Kompleks Untuk Bioaktivitas

Penelitian di bidang obat-obatan kimia anorganik, akhir-akhir ini telah dikembangkan dengan memanfaatkan ligan-ligan pengkhelat yang terkoordinasi bersama ion-ion logam, kompleks yang terbentuk diarahkan sebagai kontrol dalam bioaktivitas. Agen pengkhelat dari ligan ini memberikan keuntungan dalam stabilitas kompleks yang terbentuk (Ryan E. Mewis. 2010). Asam dipikolinat dapat sebagai ligan anionik berupa dipic2-. Ligan dipikolinat termasuk jenis ligan tridentat dengan tiga atom donor pasangan elektron, yaitu N (nitrogen) dan 2 buah atom O (oksigen). Karena memiliki lebih dari satu atom donor, ligan dipikolinat termasuk ligan jenis pengkhelat (sepit) (Paul M. Pellegrino. 2001).
Dipikolinat ini banyak ditemukan dalam beberapa senyawa alami sebagai suatu produk degradasi oksidatif dari vitamin, koenzim, dan alkaloid, serta merupakan suatu komponen dari fulvic acid. Asam dipikolinat (piridin-2,6-dikarboksilat) juga menunjukkan beberapa fungsi biologis, di antaranya adalah kemampuan untuk aktivasi-inaktivasi dari beberapa mettaloenzim, penghambat transfer elektron, oksidasi LDL, selain itu juga toksisitas yang rendah (low toxicity) dari piridin-2,6-dikarboksilat banyak digunakan dalam model senyawa metallo-pharmaceutical (Zafar A. Siddiqi. 2009).
Akhirnya, asam dipikolinat menjadi salah satu ligan yang paling sesuai untuk senyawa pharmacological yang aktif, karena sifatnya yang rendah toksisitas dan amphophilic (AC. Gozales-Baro. 2005). Turunan asam karboksilat dan piridin telah banyak ditemukan kegunaannya dalam bidang kimia analitik dan sebagai penghambat korosi. Suatu asam dengan gugus karboksilat yang bertetangga dengan atom nitrogen berperan dalam suatu pembentukan reaksi kompleks dengan beragam ion logam (B. Setlow. 1993).
Asam dipikolinat juga merupakan penyusun utama dari bakteri spora. Dalam beberapa bakteri, asam dipikolinat menyumbang 17% dari berat spora. Asam dipikolinat (H2dipic), atau piridin-2,6-dikarboksilat dipercaya merupakan faktor utama yang berperan dalam melindungi spora dari panas dan radiasi UV (Alper Tolga, et al. 2009). Senyawa ini juga berperan untuk menjaga kestabilan dan pertumbuhan spora. Asam dipikolinat dalam sistem biologis, dipelajari pertama kali oleh Udo pada tahun 1936. Keberadaan asam piridin-2,6-dikarboksilat pada spora bakteri dipelajari oleh Powell pada tahun 1953. Molekul ini juga terdapat pada beberapa jamur.
Molekul ini tidak bereaksi dalam beberapa perubahan kimia, karena sifatnya yang inert dan tidak reaktif, tetapi mendapat perhatian yang lebih dalam bidang biologi, karena keberadaannya pada spora bakteri. Molekul asam piridin-2,6-dikarboksilat juga merupakan suatu agen pengkelat yang utama, sifat ini telah dipelajari dalam pergeseran kesetimbangan chiral-induced, yang dikenal juga sebagai efek Pfeiffer. Efek ini telah digunakan untuk membuktikan kemampuan optis dari kelat ion dipikolinat dengan beberapa logam lanthanida.

Minggu, 08 Mei 2011

Sumber dan Kegunaan Alkana

Alkana

o Adalah hidrokarbon alifatik jenuh yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan antar atom karbonnya merupakan ikatan tunggal.
o Rumus umum alkana yaitu : C n H 2n+2 ; n = jumlah atom C

Deret Homolog Alkana
Adalah suatu golongan / kelompok senyawa karbon dengan rumus umum yang sama, mempunyai sifat yang mirip dan antar suku-suku berturutannya mempunyai beda CH 2 .
Sifat-sifat deret homolog :
o Mempunyai sifat kimia yang mirip
o Mempunyai rumus umum yang sama
o Perbedaan Mr antara 2 suku berturutannya sebesar 14
o Makin panjang rantai karbon, makin tinggi titik didihnya

rumus nama rumus nama
CH 4 metana C 6 H 14 heksana
C 2 H 6 etana C 7 H 16 heptana
C 3 H 8 propana C 8 H 18 oktana
C 4 H 10 butana C 9 H 20 nonana
C 5 H 12 pentana C 10 H 22 dekana

Sifat-sifat Alkana
  1. merupakan senyawa nonpolar, sehingga tidak larut dalam air
  2. makin banyak atom C (rantainya makin panjang), maka titik didih makin tinggi
  3. pada tekanan dan suhu biasa, CH 4 - C 4 H 10 berwujud gas, C 5 H 12 - C 17 H 36 berwujud cair, diatas C 18 H 38 berwujud padat
  4. mudah mengalami reaksi subtitusi dengan atom-atom halogen (F 2, Cl 2, Br 2 atau I 2 )
  5. dapat mengalami oksidasi (reaksi pembakaran)

Isomer Alkana
Alkana yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi rumus struktur beda
CH 4, C 2 H 6, C 3 H 8 tidak mempunyai isomer
alkana
jumlah isomer
C 4 H 10 2
C 5 H 12 3
C 6 H 14 5
C 7 H 16 9
C 8 H 18 28
C 9 H 20 35
C 10 H 22 75

Tata Nama Alkana
Berdasarkan aturan dari IUPAC (nama sistematik) :
1) Nama alkana bercabang terdiri dari 2 bagian :
o Bagian pertama (di bagian depan) merupakan nama cabang
o Bagian kedua (di bagian belakang) merupakan nama rantai induk
2) Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Jika terdapat 2 atau lebih rantai terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi nama alkana sesuai dengan panjang rantai.
3) Cabang diberi nama alkil yaitu nama alkana yang sesuai, tetapi dengan mengganti akhiran –ana menjadi –il. Gugus alkil mempunyai rumus umum : C n H 2n+1 dan dilambangkan dengan R
4) Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu dinomori. Penomoran dimulai dari salah 1 ujung rantai induk sedemikian rupa sehingga posisi cabang mendapat nomor terkecil.
5) Jika terdapat 2 atau lebih cabang sejenis, harus dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra, penta dst.
6) Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai dengan urutan abjad dari nama cabang tersebut. Awalan normal, sekunder dan tersier diabaikan. Jadi n-butil, sek-butil dan ters-butil dianggap berawalan b-.
Awalan iso- tidak diabaikan. Jadi isopropil berawal dengan huruf i- .
Awalan normal, sekunder dan tersier harus ditulis dengan huruf cetak miring .
7) Jika penomoran ekivalen dari kedua ujung rantai induk, maka harus dipilih sehingga cabang yang harus ditulis terlebih dahulu mendapat nomor terkecil.
Berdasarkan aturan-aturan tersebut di atas, penamaan alkana bercabang dapat dilakukan dengan 3 langkah sebagai berikut :
1) Memilih rantai induk, yaitu rantai terpanjang yang mempunyai cabang terbanyak.
2) Penomoran, dimulai dari salah 1 ujung sehingga cabang mendapat nomor terkecil.
3) Penulisan nama, dimulai dengan nama cabang sesuai urutan abjad, kemudian diakhiri dengan nama rantai induk. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Antara angka dengan angka dipisahkan dengan tanda koma (,) antara angka dengan huruf dipisahkan dengan tanda jeda (-).
Atau lebih singkatnya adalah:
  1. Jika rantai lurus, nama sesuai dengan jumlah alkana dengan awalan n-(alkana)
  2. Jika rantai cabang;
    1. Tentukan rantai terpanjang (sebagai nama alkana)
    2. Tentukan rantai cabangnya (alkil)
    3. Pemberian nomor dimulai dari atom C yang paling dekat dengan cabang
    4. Alkil-alkil sejenis digabung dengan awalan di(2), tri(3), dst
    5. Alkil tak sejenis ditulis berdasar abjad (butil, etil, metil,..) atau dari yang paling sederhana (metil, etil, propil,....)
Gugus Alkil
Alkana yang telah kehilangan 1 atom H
C n H 2n+1


Sumber dan Kegunaan Alkana
Alkana adalah komponen utama dari gas alam dan minyak bumi.
Kegunaan alkana, sebagai :
· Bahan bakar
· Pelarut
· Sumber hidrogen
· Pelumas
· Bahan baku untuk senyawa organik lain
· Bahan baku industri

TEKNOLOGI ALAMI BARU GETAH BUNGA KAKTUS DAPAT OPTIMAL MEMURNIKAN AIR

Air bersih menjadi kebutuhan yang sangat penting. Berbagai macam alat dan teknologi dibuat dengan tujuan memudahkan untuk memperoleh air bersih. Tetapi layaknya sebuah teknologi, perlu pemahaman tentang bagaimana cara menggunakan dan merawatnya.
Norma Alcantar, seorang ilmuwan dari University of South Florida AS, melihat tidak menariknya teknologi pemurnian air yang ada saat ini, terutama bagi masyarakat di negara-negara berkembang, karena tidak semua orang bisa dan bersedia mempelajari dan melakukan kedua hal tersebut, akibatnya adalah alat dan teknologi tersebut diabaikan dan tidak digunakan sama sekali. Belum lagi biaya perawatan yang harus dikeluarkan demi menjaga tetap berfungsi optimalnya alat dan teknologi pemurnian air saat ini.
Opuntia ficus-indica
Sekali lagi alam dan sejarah telah memberikan contohnya. Bersama dengan beberapa rekannya memutuskan untuk meneliti sebuah tanaman yang sanggup hidup di lahan tandus dan banyak dijumpai di seluruh dunia. Pilihan jatuh pada kaktus pir yang berduri atau bahasa latinnya Opuntia ficus-indica. Kaktus jenis ini telah digunakan sejak abad ke-19 oleh masyarakat Meksiko sebagai pemurni air.
Alcantar mendapati bahwa getah kental yang terdapat pada tanaman dan biasanya berfungsi sebagai penyimpan air ternyata bersifat pengental. Pada uji cobanya dengan penambahan air dan dicampur dengan sedimen serta bakteri pada kadar yang tinggi, ternyata terjadi penggumpalan partikel sedimen dan mengendap di dasar air. Getah tersebut juga mengakibatkan 98% bakteri menyatu dan memudahkan untuk disaring.
Masyarakat di negara berkembang bisa memanaskan sepotong kaktus agar mengeluarkan getahnya, kemudian menambahkannya ke dalam air yang memerlukan pemurnian, tambah Alcantar. Meratanya kaktus, keterjangkauan dan budaya menjadikan bahan alam tersebut sebagai teknologi pemurnian air yang menarik. Hasil penelitiannya tersebut juga telah dipublikasikan di jurnal Environmental Science and Technology.
Meski terlihat sederhana, tampaknya masih ada yang harus dilakukan agar teknologi alam tersebut berfungsi optimal. Hal tersebut diungkapkan oleh Colin Hirwitz, kepala teknologi di perusahaan katalis GreenOx Catalysts, yang menggarisbawahi masih ada beberapa masalah yang perlu dijawab, antara lain seberapa banyak lahan dan air yang dibutuhkan untuk menanam kaktus bagi keperluan pemurnian air dalam jumlah yang lebih banyak, serta bagaimana seseorang mengetahui bahwa semua bakteri yang menyatu sudah dibuang dari air yang dimurnikan dengan teknologi alami tersebut.
Meski demikian alternatif teknologi alami tersebut tetap menarik, dan hanya diperlukan beberapa langkah lagi untuk mencapai hasil optimalnya. Ketersediaan dan kemudahan dalam prosesnya menjadikan teknologi tersebut tepat guna.